KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Sejarah ini dengan baik dan
tepat waktu.
Tugas ini kami buat
untuk memberikan penjelasan Tentang Peran Bangsa Indonesia Dalam
Perdamaian Dunia. Semoga Makalah yang kami buat ini dapat membantu menambah
wawasan kita menjadi lebih luas lagi.
Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun Makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Atas perhatian dan
waktunya, kami sampaikan terima kasih.
Paninggahan, 25 Januari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KAA (Konferensi
Asia – Afrika)
2.2 Misi Garuda
2.3 Deklarasi
Djuanda
2.4 GNB (Gerakan
Non Blok)
2.5 ASEAN (Association
of Southeast Asian Nations)
2.6 OKI (Organisasi
Kerjasama Islam)
2.7 JIM (Jakarta
imformal Meeting)
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hubungan
internasional diidentifikasikan sebagai studi tentang interaksi antara beberapa
faktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-
negara, organisasi internasional, organisasi nonpemerintah, kesatuan
substansional (kelompok-kelompok atau badan-badan dalam suatu negara), seperti
birokrasi dan pemerintah domestik, serta individu-individu.
Dalam hubunngan
internasional terdapat berbagai pola hubungan antar bangsa seperti : Pola
Penjajahan, Pola Hubungan Ketergantungan, Pola Hubungan Sama Derajat
Antarbangsa. Ketentuan atas karena perjanjian internasional akan mengakibatkan
hokum yang juga sekaligus akanmenjalani kepastian hukum pada perjanjian
internasianal hal-hal yang menyangkut hak dan kewajiban antar subjek-subjek
hokum internasional.
Dari sebagian
masyarakat dunia, bangsa Indonesia selalu melakukan hubungan dengan bangsa
lainnya. Dalam menjalin hubungan dengan bangsa lain, kita menetapkan politik
luar negeri yang "bebas" dan "aktif". Politik luar negeri
bebas aktif ini mulai dicanangkan sejak awal merdeka. Sebagai salah satu
perwujudan politik luar negeri yang bebas aktif, bangsa Indonesia pernah
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 dan juga
membentuk Gerakan Non Blok bersama beberapa negara Asia Afrika lainnya.
Pada umumnya,
negara yang telah merdeka dan bedaulat penuh akan mengadakan hubungan dengan
negara lain. Setiap negara memiliki perbedaan masyarakat, struktur pemerintah,
kepentingan nasional dan perbedaan-perbedaan lainnya. Namun, perbedaan tersebut
biasanya menimbulkan suatu kebutuhan yang menyebabkan adanya hubungan
internasional. Bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa suatu negara yang tidak dapat
menjalin hubungan internasional dengan negara lain akan sulit untuk
mempertahankan kedaulatannya.
Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa hubungan internasional diperlukan karena suatu negara
memiliki ketergantungan dengan negara lain dalam hal memenuhi semua kebutuhan
dan menjaga kedaulatan negaranya.
1.2
Rumusan Masalah
a) Apa itu KAA (Konferensi
Asia – Afrika) ?
b) Apa itu Misi Garuda
?
c) Apa itu Deklarasi
Djuanda ?
d) Apa itu GNB
(Gerakan Non Blok) ?
e) Apa itu ASEAN (Association
of Southeast Asian Nations) ?
f) Apa itu OKI
(Organisasi Kerjasama Islam) ?
g) Apa itu JIM
(Jakarta imformal Meeting) ?
1.3
Tujuan Penulisan
a) Kita Dapat
Mengetahui KAA (Konferensi Asia – Afrika).
b) Kita Dapat
Mengetahui Misi Garuda.
c) Kita Dapat
Mengetahui Deklarasi Djuanda.
d) Kita Dapat
Mengetahui GNB (Gerakan Non Blok).
e) Kita Dapat
Mengetahui ASEAN (Association of Southeast Asian Nations).
f) Kita Dapat
Mengetahui OKI (Organisasi Kerjasama Islam).
g) Kita Dapat
Mengetahui JIM (Jakarta imformal Meeting).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KAA (Konferensi Asia – Afrika)
A. Latar Belakang
Ada beberapa latar belakang terselenggaranya KAA dan berkumpulnya
negara-negara Asia Afrika. latar belakang tersebut, yaitu :
1. Rasa Senasib dan
Sepenanggungan
Perasaan senasib dan sepenanggungan di sini berkaitan dengan persamaan
bahwa hampir seluruh negara Asia Afrika adalah bekas negara jajahan. Baik itu
sebagai negara jajahan Bangsa-Bangsa Eropa dan penjajahan Jepang saat Perang
Dunia kedua. Perasaan yang sama, senasib dan sepenggungan, membuat
negara-negara Asia Afrika ingin bersatu mengatasi masalah bersama.
2. Persamaan
Masalah Negara Berkembang
Karena kebanyakan negara Asia Afrika adalah negara baru merdeka, maka
semua termasuk negara berkembang. Negara yang belum maju di segala bidang.
Negara yang masih harus bebebah diri untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.
Persamaan ini juga melatarbelakangi pertemuan KAA. Membuat semua negara ingin
bekerja sama di segala bidang.
3. Kedekatan
Keturunan, Agama, dan Latar Belakang Sejarah
Latar belakang selanjutnya adalah kedekatan hubungan keturunan. Ini
dilihat dari ciri-ciri orang Asia yang hampir mirip sesamanya. Begitu pula
degan orang Afrika. Aga yang dianut orang Asia afrika kebanyakan juga hampir
sama, yaitu Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Sementara latar belakang sejarah,
hampir bisa dipastikan mirip sesuai latar belakang pertama.
4. Letak Geografis
Sesuai dengan sebuatan negara Asia Afrika, otomatis negara-negara peserta
KAA mempunyai letak geografis yang berdekatan dan hampir mirip. Kondisi alam
yang hampir mirip satu sama lain akan mudah diatasi jika bekerja sama.
B. Tujuan
Beberapa tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika antara lain adalah
sebagai berikut.
1)
Meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan
kebudayaan dari negara-negara Asia dan Afrika
2)
Menjalin kerukunan antar umat beragama di wilayah
Asia dan Afrika
3)
Memberikan sumbangan untuk memajukan perdamaian dan
kerja sama dunia
4)
Mencanangkan gerakan politik untuk melawan
kapitalisme asing
5)
Melawan kolonialisme dan neokolonialisme
Amerika Serikat, Uni Soviet dan negara imprialis lainnya
C. Peranan
1) Indonesia ikut
memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Pancanegara II
yang berlangsung pada tanggal 28 sampai 29 Desember 1954 di Bogor. Konferensi
ini sebaagai pendahuluan dari Konferensi Asia-Afrika.
2) Indonesia ikut
memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika
yang berlangsung pada tanggal 18 sampai 24 April 1955 di Gedung Merdeka
Bandung. Dalam Konferensi tersebut beberapa tokoh Indonesia menduduki
peranan penting, antara lain:
Ketua Konferensi: Mr. Ali Sastroamidjoyo, Sekretaris Jenderal
Konferensi : Ruslan Abdulgani, Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muh. Yamin, dan
ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roseno.
2.2 Misi Garuda
A. Latar Belakang
Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan lembaga tertinggi yang mewadahi negara-negara di dunia.
PBB juga menjadi lembaga yang aktif dalam mengupayakan perdamaian dunia dan
aktif menyelesaikan konflik antar negara. Indonesia pernah mendapat bantuan
dari PBB pada masa revolusi. Pada saat itu, PBB membantu menyelesaikan konflik
antara Indonesia-Belanda. PBB juga membantu Indonesia dalam masalah Irian
Barat.
Dengan dasar
politik tersebut, Indonesia menunjukkan tekad untuk mengupayakan perdamaian
dunia. Melalui pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika hingga pembentukan Gerakan
Non-Blok, upaya tersebut semakin terlihat. Tindakan pemerintah Indonesia
mendapat sambutan positif Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sejak tahun 1950-an,
pemerintah Indonesia mulai diberi kepercayaan untuk turut serta dalam pasukan
perdamaian Dewan Keamanan PBB. Pasukan tersebut terdiri atas pasukan dari
berbagai negara. Indonesia mengirim suatu pasukan yang kemudian dinamakan
Kontingen Garuda atau Konga.
B. Tujuan
Dalam
rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia, maka Indonesia memainkan sejumlah
peran dalam percaturan internasional. Peran yang cukup menonjol yang dimainkan
oleh Indonesia adalah dalam rangka membantu mewujudkan pemeliharaan perdamaian
dan keamanan internasional. Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak
pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun 2015
Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai dengan kontingen Garuda
yang ke dua puluh enam (XXVI).
Bagi
bangsa Indonesia pengiriman Misi Garuda untuk memenuhi permintaan PBB memiliki
alasan yang kuat. Yang pertama sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat
yang berbunyi ikut melaksanaka ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi
dan keadilan sosial dan kedua sesuai dengan politik Luar Ngeri Indonesia bebas
aktif, diantaranya :
1)
Ikut serta sebagai
anggota Dewan Keamanan PBB
2)
Mewujudkan Landasan
ideologi Indonesia (Pancasila)
3)
Menyesuaikan Landasan
Konstitusional Indonesia (Pembukaan UUD 1945)
4)
Perwujudan dari
politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
C. Peranan
Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA)
ke luar negeri. Sampai tahun 2014 Indonesia telah mengirimkan kontingen
Garudanya sampai dengan kontingen Garuda yang ke duapuluh tiga
(XXIII). Pengiriman Misi Garuda yang pertama kali dilakukan pada bulan
Januari 1957. Pengiriman Misi Garuda dilatarbelakangi adanya konflik di Timur
Tengah terkait masalah nasionalisasi Terusan Suez yang dilakukan oleh Presiden
Mesir Ghamal Abdul Nasser pada 26 Juli 1956. Sebagai akibatnya, pertikaian
menjadi meluas dan melibatkan negara-negara di luar kawasan tersebut yang
berkepentingan dalam masalah Suez.
Pada bulan Oktober 1956, Inggris, Perancis dan Israel melancarkan
serangan gabungan terhadap Mesir. Situasi ini mengancam perdamaian dunia
sehingga Dewan Keamanan PBB turun tangan dan mendesak pihak-pihak yang bersengketa
untuk berunding. Dalam Sidang Umum PBB Menteri Luar Kanada Lester
B.Perason mengusulkan agar dibentuk suatu pasukan PBB untuk memelihara
perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui Sidang dan pada tanggal 5
November 1956 Sekjen PBB membentuk sebuah komando PBB dengan nama United
Nations Emergency Forces (UNEF). Pada tanggal 8 November Indonesia
menyatakan kesediannya untuk turut serta menyumbangkan pasukan dalam UNEF.
Sebagai pelaksanaanya, pada 28 Desember 1956, dibentuk sebuah pasukan
yang berkuatan satu detasemen (550 orang) yang terdiri dari kesatuan-kesatuan
Teritorium IV/Diponegoro dan Teritorium V/Brawijaya. Kontingen Indonesia
untuk UNEF yang diberinama Pasukan Garuda ini diberangkatkan ke Timur Tengah
pada bulan Januari 1957.Untuk kedua kalinya Indonesia mengirimkan kontingen
untuk diperbantukan kepada United Nations Operations for the Congo (UNOC)
sebanyak satu batalyon. Pengiriman pasukan ini terkait munculnya konflik di
Kongo (Zaire sekarang). Konflik ini muncul berhubungan dengan kemerdekaan
Zaire pada bulan Juni 1960 dari Belgia yang justru memicu pecahnya perang
saudara.
Untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih banyak, maka PBB membentuk
Pasukan Perdamaian untuk Kongo, UNOC. Pasukan kali ini di sebut “Garuda II”
yang terdiri atas Batalyon 330/Siliwangi, Detasemen Polisi Militer, dan Peleton
KKO Angkatan Laut. Pasukan Garuda II berangkat dari Jakarta tanggal 10
September 1960 dan menyelesaikan tugasnya pada bulan Mei 1961. Tugas pasukan
Garuda II di Kongo kemudian digantikan oleh pasukan Garuda III yang bertugas
dari bulan Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964.
Peran aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia terus berlanjut,
ketika meletus perang saudara antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.
Indonesia kembali diberikan kepercayaan oleh PBB untuk mengirim pasukannya
sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB. Untuk menjaga stabilitas
politik di kawasan Indocina yang terus bergolak akibat perang saudara tersebut,
PBB membentuk International Commission of Control and Supervission (ICCS)
sebagai hasil dari persetujuan internasional di Paris pada tahun
1973. Komisi ini terdiri atas empat negara, yaitu Hongaria, Indonesia,
Kanada dan Polandia. Tugas ICCS adalah mengawasi pelanggaran yang dilakukan
kedua belah pihak yang bertikai.
Pasukan perdamaian Indonesia yang dikirim ke Vietnam disebut sebagai
Pasukan Garuda IV yang berkekuatan 290 pasukan, bertugas di Vietnam dari bulan
Januari 1973, untuk kemudian diganti dengan Pasukan Garuda V, dan kemudian
pasukan Garuda VII. Pada tahun 1975 Pasukan Garuda VII ditarik dari
Vietnam karena seluruh Vietnam jatuh ketangan Vietcong (Vietnam Utara yang
komunis).Pada tahun 1973, ketika pecah perang Arab-Israel ke 4, UNEF diaktifkan
lagi dengan kurang lebih 7000 anggota yang terdiri atas kesatuan-kesatuan
Australia, Finlandia, Swedia, Irlandia, Peru, Panama, Senegal, Ghana dan
Indonesia.Kontingen Indonesia semula berfungsi sebagai pasukan pengamanan dalam
perundingan antara Mesir dan Israel. Tugas pasukan Garuda VI berakhir 23
September 1974 untuk digantikan dengan Pasukan Garuda VIII yang bertugas hingga
tanggal 17 Februari 1975.
Sejak tahun 1975 hingga kini dapat dicatat peran Indonesia dalam
memelihara perdamaian dunia semakin berperan aktif, ditandai dengan
didirikannya Indonesian Peace Security Centre (IPSC/Pusat Perdamaian dan
Keamanan Indonesia) pada tahun 2012, yang didalamnya terdapat unit yang
mengelola kesiapan pasukan yang akan dikirim untuk menjaga perdamaian dunia.
2.3 Deklarasi Djuanda
A. Latar Belakang
1) Setiap pulau di
Indonesia kala itu hanya memiliki luas laut sepanjang 3 Mil dihitung dari garis
pantai.
2) Luas laut yang
sempit ini menjadikan setiap pulau di Indonesia terpisah oleh kawasan laut
bebas.
3) Setiap pulau di
Indonesia yang terpisah oleh kawasan laut bebas,menjadikan kawasan ini bebas
dilewati oleh pihak-pihak asing. Integrasi Nasional menjadi terancam
dikarenakan pihak-pihak asing bebas melakukan aktivitas pelayaran di antara
pulau-pulau Indonesia.
4) Terbatasnya
kebijakan Pemerintah Indonesia yang ingin direalisasikan terkendala dengan
sempitnya wilayah Indonesia.
B. Tujuan
1) Untuk mewujudkan
bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat.
2) Untuk menentukan
batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan.
3) Untuk mengatur lalu
lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan keselamatan NKRI.
4) Untuk mengatasi
masalah di atas, pemerintah Indonesia dipimpin oleh PM Juanda pada tanggal 13
Desember 1957 telah mengeluarkan keputusan yang dikenal dengan Deklarasi
djuanda, yang isinya :
a) Demi kesatuan
bangsa, integritas wilayah, serta kesatuan ekonomi, ditarik garis-garis pangkal
lurus yang menghubungkan titi-titik terluar dari pulau-pulau terluar.
b) Negara berdaulat
atas segala perairan yang terletak dalam garis-garis pangkal lurus termasuk
dasar laut dan tanah dibawahnya serta ruang udara di atasnya, dengan segala
kekayaan didalamnya
c) Laut territorial
seluas 12 mil diukur dari pulau yang terluar.
d) Hak lintas damai
kapal asing melalui perairan Nusantara (archipelago watwrs) dijamin
tidak merugikan kepentingan negara pantai, baik keamanan maupun ketertibannya.
C. Peranan
1) Menetapkan batas
terluar ZEE Indonesia dalam suatu peta yang disertai koordinat dan
titik-titiknya : Menetapkan dalam persetujuan-persetujuan dengan negara
tetangga tentang batas-batas dan ZEE Indonesia yang mungkin tumpang tindih
dengan ZEE negara tetangga.
2) Konsepsi yang
berbeda dan masing-masing merupakan konsep yang sui generis.
3) Mengumumkan dan
mendepositkan copy dan peta-peta atau daftar koordinat-koordinat tersebut pada Sekjen
PBB (Pasal 75).
2.4 GNB (Gerakan Non Blok)
A. Latar Belakang
1) Munculnya dua blok,
yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah Uni Soviet
yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
2) Adanya kecemasan
negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang, sehingga berupaya
meredakan ketegangan dunia.
3) Ditandatanganinya
“Dokumen Brioni” tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), PM
Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), bertujuan mempersatukan
negara-negara non blok.
4) Terjadinya krisis
Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba secara besar-besaran,
sehingga mengkhawatirkan AS.
5) Pertemuan 5 orang
negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu:
a) Presiden Soekarno (Indonesia)
b) PM Jawaharlal Nehru
(India)
c) Presiden Gamal
Abdul Nasser (Mesir)
d) Presiden Joseph
Broz Tito (Yugoslavia)
e) Presiden Kwame
Nkrumah (Ghana)
B. Tujuan
1)
Mendukung perjuangan dekolonisasi dan memegang teguh
perjuangan melawan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme,
apartheid, zionisme.
2)
Merupakan wadah perjuangan sosial politik
negara-negara yang sedang berkembang.
3)
Mengurangi ketegangan antara Blok Barat yang di
pimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang di pimpin oleh Uni Soviet.
4)
Tidak membenarkan usaha penyelesaian sengketa dengan
kekerasan senjata.
C. Peranan
1) Presiden pertama
Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya
Organisasi tersebut bersama dengan 4 kepala negara sahabat lainnya, yaitu Presiden
Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana menterii India Pandit Jawaharlal Nehru,
Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, dan Perdana Menteri Ghana Kwame Nkrumah.
2) GNB lahir sebagai
suatu solusi atas beberapa kekisruhan yang terjadi di dunia internasional di sera
tahun 1950-an, dimana pada waktu itu telah terjadi perang dingin antara Amerika
Serikat dan uni Sovyet yang membawa dampak besar bagi beberapa negara, seperti
Jerman, Vietnam, serta semenanjung Korea.
3) Salah satu alasan
terjadinya perang dingin diantara 2 negara adikuasa tersebut adalah untuk
memperebutkan negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur serta Asia
Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, thailand, serta negara-negara yang banyak
menghasilkan energi dunia seperti Qatar, Uni Emirat Arab, serta Kuwait.
Awal kelahiran Gerakan Non Blok adalah ketika terjadi Konferensi Asia
afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 dimana kurang lebih 29 kepala
negara di kawasan Asia dan Afrika berkumpul guna melakukan identifikasi serta
pendalaman berbagai masalah yang menimpa dunia kala itu, serta mendeklarasikan
keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi kedua blok yang sedang
bertikai tersebut.
2.5 ASEAN (Association of Southeast Asian
Nations)
A. Latar Belakang
Latar belakang berdirinya ASEAN karena adanya beberapa faktor. Adapun
faktor faktor yang melatarbelakangi beridirnya ASEAN adalah sebagai berikut:
1)
Persamaan geografis.
2)
Persamaan nasib yang pernah dijadikan negara jajahan
dan kolinasasi.
3)
Persamaan budaya.
4)
Persamaan kepentingan di berbagai bidang.
Seperti yang kita ketahui, baik negara Indonesia, Thailand, Filipina,
Singapura, dan Malaysia memang terdapat di benua yang sama yakni Asia Tenggara.
Hal ini tentunya memicu persamaan geografis yang juga diikuti oleh persamaan
budaya yang berkembang di masyarakat. Selain itu persamaan kepentingan untuk
memajukan sektor sektor negara di berbagai bidang juga menjadi latar belakang
berdirinya ASEAN.
B. Tujuan
1)
Mempercepat kemajuan dan pertumbuhan di bidang
ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia Tenggara.
2)
Meningkatkan kerjasama antar negara se-Asia tenggara
dengan cara saling membantu demi mencapai kepentingan bersama di bidang
ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan administrasi.
3)
Meningkatkan stabilitas nasional agar tercipta
perdamaian.
4)
Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pelatihan,
pendidikan serta penelitian di Asia Tenggara.
5)
Memelihara kerjasama ditengah tengah organisasi
regional maupun organisasi internasional yang ada.
C. Peranan
1. Sebagai salah
satu pendiri ASEAN
Indonesia adalah salah satu dari lima negara pemrakarsa berdirinya ASEAN.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa dasar berdirinya ASEAN adalah
deklarasi Bangkok, dimana deklarasi tersebut ditanda tangani oleh menteri luar
negri dari kelima negara pendiri ASEAN, Yaitu :
ü Adam Malik dari
Indonesia
ü Narsisco Ramos dari
Filipina
ü Tun Abdul Razak
dari Malaysia
ü Rajaratnam dari
Singapura
ü Thanat Koman dari
Thailand
2. Sebagai Salah
Satu Pemimpin ASEAN
Pada Zaman Orde Baru yaitu pada masa kepemimpinan Presiden Suharto (tahun
2004), Indonesia menjadi pemimpin ASEAN, dimana dengan gaya kepemimpinannya
Indonesia mampu menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan negara-negara di
kawasan Asia Tenggara.
3. Sebagai Tuan
Rumah KTT Asean
Indonesia telah mendapatkan kepercayaan untuk mengadakan beberapa kali
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Adapun KTT ASEAN yang pernah
diselenggarakan di Indonesia antara lain adalah :
ü KTT ASEAN Ke-1 yang
dilaksanakan pada 23 hingga 24 Februari 1976 di Bali. Dalam KTT tersebut
terdapat kesepakatan tentang pembentukan sekretariat ASEAN yang berpusat di
Jakarta dengan Sekretaris Jendral (Sekjen) pertamanya adalah putra Indonesia
yang bernama H.R. Dharsono
ü KTT ASEAN ke-9 yang
dilaksanakan pada 7 hingga 8 Oktober 2003 di Bali. Dalam KTT tersebut, Indonesia
mengusulkan pembentukan Komunitas Asean (Asean Community) yang mencakup bidang
ekonomi, sosial, budaya, serta keamanan.
ü KTT ASEAN ke-18
yang dilaksakan pada tanggal 4 hingga 8 Mei 2011 di Jakarta
ü KTT ASEAN ke-19
yang dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 19 Nopember 2011 di Bali. Dalam
Konferensi tersebut didapat kesepakatan tentang Kawasan bebas senjata nuklir di
Asia tenggara atau yang dikenal dengan Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone
(SEANWFZ)
4. Mampu
menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara
Indonesia telah banyak membantu menjaga perdamaian khususnya di kawasan
Asia Tenggara, yaitu dengan membantu penyelesaian konflik-konflik yang dialami
oleh negara anggota ASEAN lainnya.
ü Pada tahun 1987,
Indonesia menjadi penengah saat terjadinya konflik antara Kamboja dan Vietnam
yang pada akhirnya pada tahun 1991 dalam Konferensi Paris, kedua negara
tersebut menyepakati adanya perjanjian damai.
ü Indonesia menjadi
penengah antara Moro National Front Liberation (MNFL) dengan pemerintah
Filiphina, yang pada akhirnya kedua belah pihak tersebut sepakat untuk
melakukan perjanjian damai yang dilakukan pada pertemuan di Indonesia.
2.6 OKI (Organisasi Kerjasama Islam)
A. Latar Belakang
Beberapa hal berikut inilah yang melatar belakangi berdirinya OKI (Organisasi
Konferensi Islam):
1) Terjadinya
pembakaran masjidil Aqsha oleh Israel.
2) Israel menduduki
negara-negara jazirah Arab yang menyebabkan perang Arab-Israel pada tahun 1967.
3) Isreal menduduki
Yarussalem.
B. Tujuan
Selain itu tujuan utama dibentuknya OKI (Organisasi Konferensi Islam)
adalah sebagai berikut:
1) Melenyapkan
perbedaarn diskriminasi, kolonialisme dan rasial.
2) Memperteguh dan
menjunjung tinggi perjuangan umat islam.
3) Membantu dan
mendukung Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan.
4) Meningkatkan solidaritas
antar negara-negara islam.
5) Melindungi
tempat-tempat suci dan ibadah agama.
C. Peranan
1) Indonsia memberikan
andil penyelesaian sengketa antara pakistan dan bangladesh.
2) Indonesia turut
menyelesaikan masalah muslim Moro di Filipina.
3) Indonesia membantu
perjuangan rakyat Palestina.
4) Mendukung
perjuangan OKI melenyapkan Rasial, Diskriminasi, dan Kolonialisme di dunia.
5) Sebagai pemrakarsa
dibentuknya ''Tata informasi Baru Dunia Islam''.
2.7 JIM (Jakarta imformal Meeting)
A. Latar Belakang
Invasi (serbuan) yang terjadi kepada Kamboja yang dilakukan pada tahun
1978 segera menarik perhatian dunia. Negara-negara Barat yang dipelopori oleh
Amerika Serikat mengutuk invasi Vietnam tersebut, sedangkan negara-negara Blok
Timur yang dipelopori oleh Uni Soviet mendukung sikap Vietnam itu.
B. Tujuan
Untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau berperang di kamboja
dengan cara mempertemukan mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya dibentuklah
jakarta informal meeting(JIM).artinya pertemuan tidak resmi yang diadakan di
Jakarta tahun 1988.
Jakarta Informal Meeting (JIM) adalah upaya ASEAN yang bertujuan untuk
menyelesaikan konflik antara Thailand dan Kamboja. Konflik ini berlangsung pada
tanggal 4-6 Februari 2011, yang menewaskan 8 orang dan mencederai beberapa
orang.
Pertemuan ini digelar pada tanggal 22 Februari 2011 di Jakarta yang
digelar Informal Foreign Minister’s Meeting (Pertemuan Infromal Para Menteri
Luar Negeri Negara Anggota ASEAN) dengan agenda tunggal yaitu penyelesaian
konflik antara Kamboja dan Thailand.
Dua masalah yang dianggap penting dalam penyelesaian masalah Kamboja yang
ditemukan pada pertemuan ini adalah sebagai berikut:
1)
Penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja akan
dilaksanakan dalam kaitannya dengan penyelesaian politik menyeluruh. Vietnam
mulai memberikan janji dan bersedia menarik pasukannya dari Kamboja.
2)
Munculnya upaya untuk mencegah kembalinya rezim Pol
Pot, yang semasa berkuasa di Kamboja telah melakukan pembantaian keji terhadap
jutaan rakyat.
C. Peranan
Keberhasilan Indonesia
menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting ternyata mendapat
apresiasi dari Dewan Keamanan PBB. Seluruh anggota Dewan keamanan PBB
menyetujui upaya pembentukan pemerintahan transisi di Kamboja dengan
membentuk United Nation Transitional Authority in Cambodia (UNTAC) tanggal
28 Februari 1992 berdasarkan Resolusi
Dewan Keamanan PBB Nomor 745.
Pasca pembentukan
UNTAC, Indonesia mengambil peran dengan mengirimkan pasukan Kontingen Garuda
XII A – XII D untuk menjaga transisi pemerintahan di Kamboja. Bahkan jumlah
pasukan Kontingen Garuda Indonesia di UNTAC sebanyak 2.000 personil militer
ataupun polisi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Hubungan dan
kerjasama antar bangsa muncul karena tidak meratanya pembagian kekayaan alam
dan perkembangan industri di seluruh dunia sehingga terjadi saling
ketergantungan antara bangsa dan negara yang berbeda.Karena hubungan dan
kerjasama ini terjadi terus menerus, sangatlah penting untuk memelihara dan
mengaturnya sehingga bermanfaat dalam pengaturan khusus sehingga tumbuh rasa
persahabatan dan saling pengertian antar bangsa di dunia. Politik luar negeri
adalah strategi yang digunakan suatu negara dalam hubungannya dengan
negara-negara lain. Maka politik luar negeri berhubungan erat dengan kebijakan
yang akan dipilih oleh suatu negara. Hal ini terkait dengan politik luar negeri
yang diterapkan Indonesia. Kebijakan politik luar negeri Indonesia bebas aktif tentunya
merupakan strategi politik yang diterapkan Indonesia dalam politik global. Agar
prinsip bebas aktif ini dapat dioperasionalisasikan dalam politik luar negeri
Indonesia maka setiap periode pemerintahan hendaklah menetapkan landasan
operasional politik luar negeri Indonesia yang senantiasa berubah sesuai dengan
kepentingan nasional.
Perumusan politik
luar negeri suatu negara tak terlepas dari kepentingan nasional negara yang
bersangkutan. Dengan kata lain, ketika kepentingan nasional suatu negara terancam,
maka politik luar negeri akan dikeluarkan sebagai salah satu upaya dalam
mengamankan kepentingan ansional negara yang bersangkutan. Sengketa
internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek hukum
internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau
pernyataan satu pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari oleh pihak
lainnya.
3.2
Saran
Penulis menyadari
bahwa hasil makalah ini belum lengkap
dan masih jauh dari pengharapan, Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu
dan literatur yang penulis miliki pada saat ini. Penulis sangat mengharapkan
kritikan terutama dari pembaca dan teman-teman. Adanya kritikan yang membangun yang bisa melengkapi makalah ini di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
2 comments:
Numpang promo ya Admin^^
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^
Makasih ka aku insyaAlloh bermanfaat maaf ya ka aku copy sedikit🙏🙏🙏
Post a Comment